Dalam khazanah tradisi spiritual Asia Tenggara, Thailand menawarkan panorama kepercayaan yang kaya akan interaksi antara dunia manusia dan alam gaib. Dua entitas yang sering menjadi fokus dalam praktik ritual adalah Phi Tai Hong (roh orang yang meninggal secara tidak wajar) dan Pret (makhluk lapar yang menderita dalam siklus reinkarnasi). Keduanya diyakini memiliki pengaruh signifikan terhadap kehidupan manusia, sehingga memerlukan pendekatan khusus melalui sesajen dan ritual sihir.
Phi Tai Hong merupakan klasifikasi roh dalam kepercayaan Thai yang merujuk pada arwah orang meninggal karena kecelakaan, pembunuhan, bunuh diri, atau kematian mendadak lainnya. Konsep ini memiliki kemiripan dengan tradisi Nusantara seperti gendruwo dalam cerita rakyat Jawa, meskipun dengan karakteristik kultural yang berbeda. Roh-roh ini dianggap tidak tenang dan sering berkeliaran di tempat kematian mereka, memerlukan perhatian khusus agar tidak mengganggu manusia hidup.
Pret, di sisi lain, adalah makhluk dalam kosmologi Buddha yang mengalami penderitaan ekstrem akibat karma buruk kehidupan sebelumnya. Mereka digambarkan memiliki tubuh kurus dengan leher panjang dan mulut kecil, sehingga selalu lapar namun tidak dapat menelan makanan. Dalam tradisi Thailand, Pret sering menjadi penerima sesajen khusus selama upacara tertentu, dengan harapan dapat meringankan penderitaan mereka dan mempercepat proses reinkarnasi.
Sesajen (offerings) memainkan peran sentral dalam interaksi dengan kedua entitas ini. Bagi Phi Tai Hong, sesajen biasanya berupa makanan kesukaan almarhum, minuman, bunga, dupa, dan kadang barang pribadi. Ritual ini bertujuan menenangkan roh, menunjukkan penghormatan, dan mencegah gangguan terhadap orang hidup. Sementara untuk Pret, sesajen sering kali bersifat simbolis dengan makanan yang diolah secara khusus atau dipersembahkan melalui meditasi dan doa.
Penyihir (shamans atau spirit mediums) berperan sebagai perantara dalam ritual-ritual ini. Di Thailand, praktisi spiritual seperti Mae Nak atau Mo Phi mengkhususkan diri dalam berkomunikasi dengan dunia roh. Mereka menggunakan berbagai alat ritual, meskipun tidak umum, beberapa tradisi lokal mungkin menggabungkan benda pusaka seperti keris emas yang lebih dikenal dalam konteks Nusantara. Praktik ini menunjukkan bagaimana elemen budaya dapat saling mempengaruhi meskipun berasal dari tradisi berbeda.
Lokasi-lokasi tertentu di Thailand dianggap sebagai titik fokus aktivitas spiritual ini. Hutan Kham Chanod (Kham Chanod Forest) di provinsi Udon Thani terkenal sebagai tempat berkumpulnya Naga dan berbagai roh, sering menjadi lokasi ritual dan sesajen. Tempat ini memiliki kesamaan fungsi dengan Hutan Aokigahara di Jepang yang dikenal dengan atmosfer mistisnya, meskipun dengan konteks budaya yang berbeda. Di Indonesia, tempat seperti Lawang Sewu di Semarang atau area sekitar Gunung Kawi di Jawa Timur juga memiliki reputasi serupa sebagai lokasi aktivitas spiritual.
Dalam praktik sesajen untuk Phi Tai Hong, terdapat variasi regional yang menarik. Di beberapa daerah, sesajen ditempatkan di lokasi kecelakaan atau kematian tragis. Ritual mungkin melibatkan pembacaan mantra, persembahan bunga, dan pembakaran dupa. Unsur-unsur tertentu seperti warna (sering putih atau hitam) dan waktu (biasanya senja atau malam) memegang peranan penting dalam efektivitas ritual.
Untuk Pret, sesajen sering kali merupakan bagian dari upacara keagamaan yang lebih besar. Dalam festival seperti Sat Thai atau upacara merit-making di kuil, umat Buddha mempersembahkan makanan dan doa untuk meringankan penderitaan Pret. Beberapa praktik melibatkan pembuatan kue atau makanan khusus yang secara simbolis dapat dikonsumsi oleh makhluk ini, meskipun dalam bentuk energi spiritual daripada fisik.
Hubungan antara sesajen dan sihir dalam konteks ini bersifat kompleks. Di satu sisi, sesajen merupakan bentuk penghormatan dan belas kasih. Di sisi lain, beberapa praktik mungkin mengandung elemen magis untuk perlindungan atau pengendalian. Penggunaan jimat, mantra, atau ritual khusus dapat menyertai sesajen, terutama ketika berurusan dengan Phi Tai Hong yang dianggap berpotensi berbahaya.
Perbandingan dengan tradisi lain mengungkapkan pola universal. Konsep Semar Mesem dalam kepercayaan Jawa, misalnya, juga melibatkan persembahan kepada entitas spiritual meskipun dengan karakter yang berbeda. Demikian pula, legenda sekitar Gunung Kawi di Jawa Timur mencerminkan bagaimana tempat-tempat tertentu menjadi fokus aktivitas spiritual dan persembahan.
Di era modern, praktik sesajen untuk Phi Tai Hong dan Pret terus berlanjut meski dengan adaptasi. Di perkotaan Thailand, masih dapat ditemui sesajen kecil di tempat-tempat yang dianggap angker atau lokasi kecelakaan. Kuil-kuil Buddha tetap menjadi pusat ritual untuk Pret, terutama selama hari-hari suci tertentu. Tradisi ini tidak hanya mencerminkan kepercayaan spiritual tetapi juga berfungsi sebagai mekanisme psikologis untuk menghadapi kematian dan penderitaan.
Aspek sosial dari praktik ini juga patut diperhatikan. Ritual sesajen sering kali melibatkan komunitas, memperkuat ikatan sosial dan identitas budaya. Dalam kasus Phi Tai Hong, ritual dapat menjadi cara untuk memproses trauma kolektif setelah tragedi. Untuk Pret, praktik ini mengingatkan pada konsep karma dan belas kasih dalam Buddhisme.
Penelitian antropologis menunjukkan bahwa kepercayaan pada Phi Tai Hong dan Pret bukan sekarang takhayul primitif, tetapi sistem makna yang kompleks. Ritual sesajen berfungsi sebagai jembatan antara dunia nyata dan spiritual, antara hidup dan mati, antara penderitaan dan harapan. Dalam konteks Thailand yang mayoritas Buddha, praktik ini berkoeksistensi dengan ajaran agama formal, menciptakan sinkretisme spiritual yang unik.
Tantangan modern terhadap tradisi ini datang dari urbanisasi, globalisasi, dan skeptisisme ilmiah. Namun, minat pada spiritualitas dan paranormal justru meningkat di kalangan tertentu. Tempat seperti Hutan Kham Chanod bahkan menjadi tujuan wisata spiritual, menarik pengunjung yang ingin mengalami dimensi lain dari realitas. Fenomena serupa dapat diamati di Lawang Sewu Indonesia, yang meski dikenal angker, justru menarik pengunjung karena aura mistisnya.
Dalam konteks yang lebih luas, tradisi sesajen untuk Phi Tai Hong dan Pret mengingatkan kita pada keragaman cara manusia berhubungan dengan yang transenden. Dari lanaya88 login hingga ritual kompleks di kuil-kuil kuno, praktik ini mencerminkan pencarian makna dalam menghadapi misteri terbesar kehidupan: kematian dan apa yang mungkin ada di baliknya. Seperti banyak tradisi spiritual Asia, pendekatan Thailand terhadap dunia roh menawarkan perspektif yang holistik, mengintegrasikan elemen kepercayaan rakyat, agama formal, dan pengalaman personal.
Pemahaman tentang Phi Tai Hong, Pret, dan praktik sesajen terkait tidak hanya penting bagi antropolog atau praktisi spiritual, tetapi bagi siapa saja yang tertarik pada keragaman budaya manusia. Tradisi ini menunjukkan bagaimana masyarakat mengembangkan mekanisme simbolis untuk mengatasi ketidakpastian, memproses kehilangan, dan mempertahankan hubungan dengan leluhur serta alam gaib. Dalam dunia yang semakin terhubung namun terfragmentasi, kebijaksanaan dari praktik-praktik kuno ini mungkin justru menawarkan wawasan berharga tentang koeksistensi dan belas kasih.